POLUSI UDARA GLOBAL MEMBURUK
Terlepas dari peningkatan relatif Asia Tenggara dalam mengatasi polusi udara, situasinya secara umum memburuk di seluruh dunia, menurut laporan IQAir.
Hanya 13 negara atau wilayah yang mengalami tingkat PM2.5 yang sehat pada tahun 2022. Ini termasuk Australia, Selandia Baru, Finlandia, Estonia, dan Islandia.
Konsentrasi PM2.5 tertinggi tercatat di Chad, Irak, Pakistan, Bahrain dan Bangladesh.
Pada tahun 2021, WHO memperketat apa yang dianggapnya sebagai tingkat paparan PM2.5 yang dapat diterima, memotongnya dari 10 menjadi lima µg/m3. WHO telah menyatakan bahwa 7 juta kematian yang dapat dicegah terjadi setiap tahun sebagai akibat dari polusi udara, sementara banyak lainnya yang kualitas hidupnya terpengaruh.
Dari seluruh populasi global, 99 persen orang menghirup udara yang melebihi batas kualitas udara WHO.
Gambaran lengkap tentang seberapa buruk kualitas udara di beberapa wilayah dan negara juga masih belum jelas. Sementara jumlah kota yang mencatat data polusi udara terus meningkat – hingga 7.323 kota di 131 negara dalam laporan ini – masih terdapat kesenjangan yang signifikan, terutama di negara berkembang.
“Terlalu banyak orang di seluruh dunia tidak tahu bahwa mereka menghirup udara yang tercemar,” kata Aidan Farrow, spesialis kualitas udara senior dari Greenpeace International dalam sebuah pernyataan.
“Pemantau polusi udara memberikan data keras yang dapat menginspirasi masyarakat untuk menuntut perubahan dan meminta pertanggungjawaban pencemar, tetapi ketika pemantauan tidak merata atau tidak merata, komunitas yang rentan dapat dibiarkan tanpa data untuk ditindaklanjuti. Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan kesehatan dari polusi udara,” kata Farrow.
Secara terpisah, kepala eksekutif global IQAir Frank Hammes mengatakan bahwa tahun lalu, lebih dari separuh data kualitas udara dunia dihasilkan oleh upaya akar rumput.
“Saat warga terlibat dalam pemantauan kualitas udara, kami melihat adanya pergeseran kesadaran dan upaya bersama untuk meningkatkan kualitas udara semakin intensif.
“Kami membutuhkan pemerintah untuk memantau kualitas udara, tetapi kami tidak dapat menunggu mereka,” kata Hammes.
Menurut IQAir, data untuk laporannya dikumpulkan dari berbagai stasiun pemantauan kualitas udara di permukaan tanah. Stasiun-stasiun ini dioperasikan oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, serta warga negara.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar data kualitas udara yang digunakan dalam laporan dikumpulkan secara real time, dengan informasi kualitas udara tambahan yang diambil dari kumpulan data akhir tahun.
Perusahaan Swiss tersebut sebelumnya telah berkolaborasi dengan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) untuk meluncurkan platform data kualitas udara terbesar di dunia.
Posted By : keluar hk